Saya memiliki seorang sahabat yang berasal dari Sulawesi Tengah. Beberapa bulan sekali dia mengirimi saya minyak kelapa. Kebetulan Abahnya memiliki truck yang dipakai buat ekspedisi Balikpapan- Sulawesi jadi biar berliter-liter tetap free ongkir.
Selain untuk menumis sayur agar citarasa masakan lebih enak, minyak kelapa ini juga bisa dipakai hair mask serta buat wajah sesekali biar tidak kering. minyak kelapa homemade ini rasanya lebih enak ketimbang minyak kelapa yang saya beli di pasaran.
Dari situ saya berfikir, di daerah Sulawesi sana berarti berlimpah kelapa. karena untuk mendapatkan 1 liter kelapa saja entah memerlukan berapa kelapa. Selain itu sudah pasti banyak limbah dari kelapa tersebut. kalau batoknya sudah biasa dibuat arang batok kelapa, namun yang lainnya seperti sabut kelapa itu dibuat apa ya?
Hingga saya melihat berseliweran postingan komunitas Demi Bumi Palu. Putri Saviera Quaralia muncul sebagai contoh nyata bagaimana anak muda dari Sulawesi Tengah bisa mengubah kepedulian terhadap lingkungan menjadi aksi nyata yang berdampak bukan hanya lewat kampanye, tapi juga lewat produk dan pemberdayaan masyarakat.
Ia menempuh pendidikan tinggi di Jakarta (Binus University) dan menaruh minat kuat pada isu Sustainable Development Goals (SDGs). Lewat komunitas Demi Bumi Palu yang didirikannya, Putri mempopulerkan produksi dan sosialisasi sponge (spons/pad) yang terbuat dari sabut kelapa sebagai alternatif ramah-lingkungan pengganti spons berbahan sintetis.
Tak hanya itu Putri Saviera Quaralia juga mengajak anak muda lokal untuk ikut serta dalam kegiatan edukasi lingkungan, produksi produk ramah lingkungan, dan program pemberdayaan masyarakat.
Sponge sabut kelapa merupakan spons/pad pembersih yang dibuat dari serat alami sabut kelapa (coconut coir). Proses umumnya meliputi pembersihan, pengeringan, pembentukan pad (biasanya dipadatkan atau dijahit), dan dalam beberapa varian ditambahkan bahan antibakteri alami (mis. ekstrak daun pandan, lerak) untuk meningkatkan fungsi kebersihan. Produk ini berfungsi mirip spons konvensional (untuk mencuci piring, membersihkan permukaan), tapi memiliki keunggulan biodegradabilitas dan bahan baku lokal.
Mengapa ide Sponge Sabut Kelapa ini penting? Karena Berdampak Pada lingkungan, sosial, dan ekonomi
Mengurangi sampah plastik dan mikroplastik. Spons sintetis berbahan nilon/polimer sulit terurai sabut kelapa bersifat biodegradable sehingga mengurangi beban sampah rumah tangga dan pencemaran lingkungan.
Memanfaatkan limbah pertanian lokal. Seperti yang kita semua tahu, di Daerah Sulawesi berlimpah pohon kelapa. dan sabut kelapa seringkali menjadi limbah. Mengolahnya menjadi produk bernilai (sponge, pad, kerajinan) memberi nilai tambah untuk petani dan UMKM.
Kesehatan & kebersihan: Beberapa studi dan uji menunjukkan bahwa spons sabut kelapa dapat memenuhi standar kebersihan yang baik — penelitian perbandingan menyatakan penggunaan sabut kelapa mampu menurunkan jumlah kuman pada peralatan cuci dengan hasil yang sebanding terhadap spons busa dalam kondisi tertentu. (Hasil bisa berbeda bergantung metode produksi dan perawatan).
Pemberdayaan komunitas & ekonomi lokal. Produksi skala komunitas (pelatihan, produksi, pemasaran) membuka peluang kerja bagi perempuan, pemuda, dan kelompok marginal di daerah penghasil kelapa. Demi Bumi Palu misalnya menggabungkan sosialisasi dan produksi sebagai bagian dari agenda pemberdayaan.
Strategi sosialisasi Putri dari kampus ke kampung
Edukasi dan workshop: Mengadakan penyuluhan tentang dampak plastik, demo penggunaan sponge sabut kelapa, serta pelatihan pembuatan produk (dari pengolahan serat hingga finishing). Kegiatan ini diselenggarakan untuk pelajar, ibu-ibu, pedagang pasar, dan UMKM lokal.
Kolaborasi lintas sektor: Bekerja sama dengan organisasi pemuda, kampus, dan inisiatif lingkungan lain untuk memperluas jangkauan kampanye dan mendapatkan akses fasilitas (mis. workshop, pameran).
Produksi & pemasaran lokal: Mengintegrasikan produksi skala kecil melalui komunitas Demi Bumi Palu sehingga masyarakat tidak hanya menjadi penerima pengetahuan, tapi juga pelaku ekonomi produk ramah lingkungan.
Kisah & narasi lokal: Putri kerap menekankan cerita lokal (ketersediaan kelapa di Sulawesi Tengah, nilai budaya, manfaat ekonomi) sehingga pesan lebih resonan bagi warga setempat.
Tantangan yang dihadapi dan bagaimana mengatasinya
Persepsi masyarakat terhadap produk alami beberapa konsumen masih menganggap produk alami kurang "efektif" dibanding spons sintetis. Solusi: demo performa, uji independen, dan testimonial pengguna lokal.
Skalabilitas & kualitas produksi menjaga konsistensi ukuran, ketahanan, dan sanitasi memerlukan standarisasi proses. Solusi: SOP produksi, pelatihan teknis, dan kerja sama laboratorium/peneliti.
Akses pasar perlu strategi pemasaran digital, kemasan menarik, dan mitra ritel. Demi Bumi Palu memadukan penjualan lokal dengan promosi di event/marketplace.
Putri dan Demi Bumi Palu telah tampil di beberapa acara edukasi dan menerima perhatian media lokal/nasional atas pendekatan mereka yang menggabungkan edukasi dan produk ramah lingkungan. Penghargaan dan pengakuan ini membantu membuka akses pendanaan serta mitra kolaborasi.
Panduan praktis, Kalau kamu mau ikut mulai dari mana?
Coba produk lokal: Mulai beralih ke sabut kelapa untuk keperluan rumah tangga (cuci piring, bersih-bersih). Lihat label produk lokal yang menyebut bahan sabut kelapa.
Ikut workshop atau volunteer: Gabung komunitas lingkungan di kotamu atau ikuti sesi pelatihan Demi Bumi Palu bila tersedia.
Buat pilot project kecil: Kumpulkan kelompok tetangga atau teman untuk mencoba produksi sabut kelapa (skala mikro) salah satu cara belajar wirausaha berkelanjutan.
Sosialisasikan ke pasar lokal: Ajak pedagang pasar, warung, atau kafe di sekitarmu untuk mencoba produk sebagai alternatif spons sintetis.
Kisah Putri Saviera Quaralia bukan hanya soal sebuah produk ramah lingkungan. Ini soal bagaimana wawasan, keberanian mengambil inisiatif, dan kerja kolaboratif bisa mengubah isu lingkungan menjadi peluang ekonomi dan pendidikan. khususnya di daerah yang sering terabaikan dalam percaturan inovasi. Bagi anak muda, pesan Putri jelas: tindakan kecil yang dipadu dengan sistem (komunitas, pelatihan, pemasaran) bisa menciptakan dampak nyata untuk lingkungan dan kesejahteraan lokal.
Dari ide inovatifnya itu menghantarkan Putri Saviera Quaralia dari Sulawesi Selatan meraih penghargaan SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards di tahun 2024 dalam bidang lingkungan dengan nama kegiatan “Sosialisasi Sponge Sabut Kelapa”.
SATU Indonesia Awards sendiri merupakan program apresiasi dan juga penghargaan yang diberikan kepada putra putri Indonesia di seluruh negeri. Penghargaan ini diberikan kepada mereka yang telah memberikan kontribusi di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, kewirausahaan dan juga teknologi.
Ide serta gagasan dari Putri Saviera Quaralia perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Sebagai CEO Demi Bumi Palu, Putri juga memiliki kepedulian terhadap isu-isu lingkungan lainnya.
Semoga apa yang telah dilakukan oleh Putri Saviera Quaralia dapat menjadi penyemangat generasi muda lainnya agar bisa mengikuti jejaknya dalam membangun tanah kelahiran dengan kontribusi positif untuk kehidupan yang lebih baik di masyarakat sekitar.


Tidak ada komentar