Di balik kekayaan sumber daya alam Kabupaten Sigi, Sulawesi
Tengah ternyata masih banyak masyarakat yang kesulitan mengembangkan usaha
secara berkelanjutan. Padahal Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, adalah wilayah
dengan bentang alam yang subur dan potensi ekonomi besar, terutama di sektor
pertanian dan perkebunan
Melihat kondisi tersebut, Nedya Sinintha Maulaning menghadirkan
solusi inovatif melalui program GIAT (Gampiri Inkubasi Usaha Lestari)
sebuah wadah pemberdayaan yang bertujuan menumbuhkan semangat wirausaha dan
membangun ekonomi lokal yang mandiri serta lestari.
Profil: Sosok Muda Visioner dari Tanah Sigi
Nedya Sinintha Maulaning adalah sosok muda yang lahir dan
besar di Kabupaten Sigi. Kedekatannya dengan masyarakat dan alam daerahnya
membuat ia memahami betul persoalan yang dihadapi warganya dari keterbatasan
akses pelatihan, minimnya pendampingan usaha, hingga rendahnya literasi
kewirausahaan di tingkat desa.
Dengan latar belakang pendidikan yang menekankan pembangunan
berkelanjutan dan kewirausahaan sosial, Nedya tumbuh sebagai figur yang ingin
membawa perubahan nyata di daerahnya sendiri. Ia percaya bahwa kemajuan ekonomi
tidak harus selalu datang dari kota besar. Justru dari desa, perubahan yang
lestari dan berdampak jangka panjang bisa dimulai.
Sejak muda, Nedya aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan
pelatihan ekonomi masyarakat. Dari sinilah gagasan GIAT (Gampiri
Inkubasi Usaha Lestari) lahir sebuah inisiatif yang menggabungkan
antara pendidikan kewirausahaan, inovasi bisnis, dan nilai-nilai keberlanjutan
lingkungan.
“Saya percaya setiap orang di daerah punya potensi besar
untuk maju. Mereka hanya butuh akses, bimbingan, dan ruang untuk berkembang
GIAT: Gerakan Ekonomi yang Tumbuh Bersama
Nama Gampiri dalam bahasa daerah Sigi
berarti bergerak bersama, dan filosofi ini menjadi dasar program
GIAT. Bagi Nedya, keberhasilan ekonomi tidak bisa dicapai sendirian. Dibutuhkan
kebersamaan, kolaborasi, dan kepedulian terhadap lingkungan agar masyarakat
benar-benar berdaya.
Program GIAT hadir dengan tiga fokus utama:
- Pemberdayaan
sumber daya manusia.
Melalui pelatihan kewirausahaan, manajemen usaha, dan pengembangan produk, GIAT membantu masyarakat, khususnya perempuan dan pemuda, agar mampu mandiri secara ekonomi. - Penguatan
sektor pertanian dan perkebunan.
GIAT memperkenalkan metode pertanian berkelanjutan, seperti pertanian organik dan diversifikasi hasil perkebunan. Masyarakat diajak memahami pentingnya menjaga keseimbangan antara produktivitas dan kelestarian alam. - Pengembangan
ekonomi restoratif.
GIAT mendorong pelaku usaha untuk menerapkan prinsip ekonomi sirkular—memanfaatkan limbah menjadi sumber daya baru, serta memastikan kegiatan usaha tidak merusak ekosistem.
Dampak Nyata di Lapangan
GIAT berdiri sebagai langkah baru yang menggabungkan seluruh
sektor perekonomian Kabupaten Sigi dalam satu program inkubasi, dengan tujuan
menggerakkan perekonomian lokal secara berkelanjutan.
Program GIAT menitikberatkan pada kolaborasi antara pelaku
usaha dengan kelompok sadar wisata, dengan membangun produk dan paket wisata
alam yang siap dipasarkan guna memperkuat perekonomian lokal berbasis alam dan
budaya.
Lebih dari itu, program ini juga mengupayakan keseimbangan
antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Karena di bawah rimbunnya hutan
yang harus tetap lestari, masyarakat juga perlu meningkatkan perekonomiannya.
Tantangan ini menjadi fokus utama dalam program GIAT.
Untuk menjawab tantangan ini, GIAT berupaya membangun kerja
sama antar pihak sebagai langkah utama menjaga impian Sigi Hijau serta
membentuk anak muda yang kreatif dalam mengubah tata kelola wilayahnya.
GIAT menjadi wadah berkembangnya pengetahuan serta
peningkatan keterampilan kaum muda, khususnya dalam mengembangkan produk dari
sumber daya alam dan pertanian, sebagai usaha meningkatkan SDM di Kabupaten
Sigi.
Program inkubasi dari GIAT diberikan kepada para pelaku
usaha agar bisa mempertemukan produk dengan pasar. Tujuannya adalah untuk
membantu meningkatkan nilai tambah produk lokal, agar lebih bisa diterima di
pasar.
Melalui GIAT, Nedya dan timnya telah membina berbagai
kelompok usaha lokal di Sigi. Banyak di antara mereka kini memiliki produk
unggulan yang bernilai ekonomi tinggi, seperti olahan hasil pertanian, pupuk
organik, hingga kerajinan tangan berbasis bahan alami.
Salah satu kisah sukses GIAT datang dari kelompok perempuan
di Desa Pandere. Dengan pendampingan GIAT, mereka kini memproduksi minyak
kelapa murni dan makanan olahan lokal yang mulai menembus pasar
digital. Tidak hanya meningkatkan pendapatan keluarga, tapi juga menginspirasi
desa-desa lain untuk melakukan hal serupa.
GIAT juga berperan penting dalam memperkuat jejaring ekonomi
desa dengan pendekatan kolaboratif. Para peserta program saling berbagi
pengalaman, sumber daya, dan semangat, menciptakan ekosistem usaha kecil yang
saling menopang satu sama lain.
Penghargaan SATU Indonesia Awards 2024: Pengakuan atas
Dedikasi
Atas kiprahnya yang luar biasa dalam menggerakkan ekonomi
masyarakat berbasis kemandirian dan keberlanjutan, Nedya Sinintha
Maulaning dianugerahi penghargaan SATU Indonesia Awards 2024 kategori
Kewirausahaan.
Penghargaan ini menjadi bentuk apresiasi atas dedikasi Nedya
yang konsisten mendampingi pelaku usaha di tingkat akar rumput. Namun bagi
Nedya, penghargaan ini bukanlah akhir perjalanan, melainkan awal dari tanggung
jawab yang lebih besar.
“Saya ingin GIAT terus tumbuh dan berkembang, bukan hanya di
Sigi, tapi juga di daerah lain. Kualitas program harus terus diperbaiki, dan
sumber daya manusianya harus diperkuat agar manfaatnya berkelanjutan,” ujar
Nedya.
Visi ke Depan: Menguatkan SDM, Membangun Kemandirian
Kini, Nedya bersama tim GIAT tengah mempersiapkan berbagai
pengembangan program lanjutan. Salah satunya adalah membangun pusat pelatihan
terpadu yang fokus pada inovasi pertanian lestari, kewirausahaan digital, dan
ekonomi sirkular.
Tujuannya sederhana namun bermakna besar: meningkatkan kapasitas
manusia agar mampu menghadapi tantangan ekonomi masa depan tanpa meninggalkan
akar budaya dan kelestarian alam.
Bagi Nedya, semakin banyak pelaku usaha yang tumbuh, maka
semakin besar pula peluang peningkatan kualitas sumber daya manusia. Setiap
usaha kecil yang berdiri bukan hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga
menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian masyarakat.
Penutup: Dari Desa untuk Indonesia
Perjalanan Nedya Sinintha Maulaning adalah
bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil di desa. Dengan
semangat GIAT, ia menunjukkan bahwa pemberdayaan ekonomi tidak hanya soal
keuntungan finansial, tetapi juga tentang membangun manusia dan menjaga alam
agar tetap lestari.
Dari Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Nedya menyalakan
harapan baru: bahwa kemandirian dan keberlanjutan bisa berjalan beriringan. Dan
dari tangan-tangan masyarakat yang berdaya, lahirlah masa depan ekonomi yang
inklusif, hijau, dan berkeadilan.
Tidak ada komentar